Minggu, 21 Juni 2015

Pemabuk


Gadis itu seperti pemabuk: pipinya merah, matanya liar. Tulisannya tak terbaca lagi dalam gerakan tangannya yang gemetar. Lelaki itu seperti candu: memabukkan! Ia punya senyum sehangat mentari dan harumnya seperti rempah manis. Keduanya saling memandang mata. Mereka bicara lewat setiap kedip dan menjadi semakin rindu pada hitungan ke satu, dua, hingga tiga...

"Tampan sekali hari ini," ujar gadis itu malu-malu. Si lelaki tertawa renyah.

"Kau yang cantik sekali,"

Mereka lalu membuang muka, sibuk dengan bahagianya masing-masing. Akhirnya tidak ada yang saling bicara. Tapi ucapan syukur atas hadirnya satu sama lain menguar di hawa nafas mereka yang memburu. Dan dari tatapan nanar yang tak putus-putus, mereka tersenyum sendiri, lepas segala non-perfeksi diri. Karena tahu keduanya bukan lagi sekedar mengagumi: keduanya sudah mencintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar