Kamis, 13 Agustus 2015

Kuburan Mimpi


Aku berjalan suatu malam di kuburan mimpi. 'Selamat jalan', begitu tulisan di papan kayunya. Aku pikir mungkin harusnya 'Selamat datang' karena toh aku datang kesini, bukan? Aku tengok sana-sini, bukan karena penasaran tapi karena dingin hawa putus asa. Lalu aku lihat nisan baru, 'disini terbaring, Sang Penulis.' Akhir-akhir ini banyak mimpi baru yang mati, semakin hari semakin penuh dengan subjek atau karakter yang terdengar asing. Tanah basah, mungkin habis hujan aku pun tak tahu. Kulihat anak kecil di ujung pintu, berjalan menenteng sayap patahnya sambil menangis, dengan kedua jarinya yang seperti gunting. Mimpinya baru saja ia kubur. Mungkin orang tuanya ingin ia beli mimpi lain, yang lebih baru, lebih kaya, atau lebih besar. Ada lagi nisan ini: tua sekali seperti purba. Banyak lumut hijau tumbuh menutupi ukiran namanya. Di sekelilingnya tidak ada bunga, mungkin tidak ada yang peduli lagi padanya, mungkin terlalu lama sampai pemiliknya mati. Kasihan sekali mimpi satu ini. Aku jadi penasaran, siapa namanya? 'Kemanusiaan. Semoga beristirahat dengan tenang.'

Lalu ada blok-blok yang lebih tinggi, tempat yang lebih tidak terjamah. Pohon beringin seperti petua raksasa penjaga nisan dengan sulurnya yang seperti jenggot kebijaksanaan. Sudut ini tempat orang menguburkan mimpinya yang paling kelam, paling jauh, atau paling ingin dilupakan. Aku duduk bersila di depan nisan, menyanyikan senandung bahagia agar hatiku tidak sesedih ini. Edelweis di tangan kanan, cangkul di tangan kiri. Setengah mati berperang dengan akal sehat untuk mengorek kembali bangkai tak nyata dari mimpiku yang ini. Tanganku akrab dengan ukirannya, yang punya jejak menyenangkan sewarna kulitku. Terima kasih atas kematianmu, sayang. Oleh karenamu, mimpi lain tumbuh seperti jamur. Mereka tidak pernah lebih besar dari dirimu. Meski demikian, ada gema yang hampa dan bergaung, yang tak henti-hentinya menggemakanmu di seluruh ruang kosong tubuhku.

'Untuk lelaki terbaik dalam hidup wanitanya, namamu.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar