Sabtu, 03 September 2016

What Makes You Happy #9

Begitu banyak hal terjadi tanpa jeda waktu aku untuk mensyukurinya.
Aku ingat sekali minggu lalu: ketika aku berterima kasih dalam doa syukur mingguanku,
bahwa saat ini aku sedang tidak bergantung pada siapapun, bahwa aku dikelilingi teman-teman yang kusukai, juga hobi dan cita-cita jangka panjang yang kuusahakan. Kondisi keuanganku tidak baik memang, tapi juga tidak buruk. Aku punya kesibukan yang menyenangkan, dan ditempatkan dalam komunitas yang membuatku berkembang.
Lalu aku ingin sekali segalanya seperti ini saja. Sungguh, semua sudah cukup.

Sampai akhirnya untuk suatu hal yang begitu sepele dan tidak terduga, aku bermasalah dengan salah satu kawan baik. Awalnya kurasa aku hanya akan mengacuhkan sampai semua reda dengan sendirinya, tapi aku begitu tertekan dengan pikiran dan respon negatif yang hanya ada di pikiranku saja. Aku tahu aku harus selesaikan apa yang dapat kutangani. Maka aku mengajak dia bicara. Baru saja.

Aku belum tahu apa jawaban dan pandangannya tentang permintaan maafku. Belum tahu apakah keadaan akan kembali seperti semula, apakah kita akan menertawakan kejadian ini di kemudian hari sebagai teman baik, atau malah hanya akan semakin parah..

Tapi aku sudah menelan egoku sendiri dan berkawan dengan perasaan mengalah yang jarang sekali aku lakukan. Oleh karenanya, apa yang membuatku senang adalah bahwa aku tahu, kedewasaanku tumbuh dari bagaimana aku mengutamakan teman-teman, ketimbang diriku sendiri. Aku sudah mengalah demi terjaganya suatu pertemanan.

Toh, aku sudah lupa mengapa aku bisa begitu marah pada awalnya. Sekarang yang kurasa hanyalah bahwa aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar